Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - Namaku Otong (bukan nama sebenarnya), aku bekerja di sebuah perusahaan
cukup terkenal di Jawa Barat, di sebuah kota yang sejuk, dan saya
tinggal (kost) di daerah perkampungan yang dekat dengan kantor. Di
daerah tersebut terkenal dengan gadis-gadisnya yang cantik & manis.
Aku dan teman-teman kost setiap pulang kantor selalu menyempatkan
diri untuk menggoda cewek-cewek yang sering lewat di depan kost. Di
sebelah kostku ada sebuah warung kecil tapi lengkap, lengkap dalam
artian untuk kebutuhan sehari-hari, dari mulai sabun, sandal, gula,
lombok, roti, permen, dsb itu ada semua.
Aku sudah langganan dengan warung sebelah. Kadang kalau sedang
tidak membawa uang atau saat belanja uangnya kurang aku sudah tidak
sungkan-sungkan untuk hutang. Warung
itu milik Ibu Ita (tapi aku memanggilnya Tante Ita), seorang janda cerai
beranak satu yang tahun ini baru masuk TK nol kecil. Warung Tante Ita
buka pagi-pagi sekitar jam lima, terus tutupnya juga sekitar jam
sembilan malam. Warung itu ditungguin oleh Tante Ita sendiri dan
keponakannya yang SMA, Krisna namanya.
Seperti biasanya, sepulang kantor aku mandi, pakai sarung terus
sudah stand by di depan TV, sambil ngobrol bersama teman-teman kost. Aku
bawa segelas kopi hangat, plus singkong goreng, tapi rasanya ada yang
kurang.., apa ya..?, Oh ya rokok, tapi setelah aku lihat jam dinding
sudah menunjukkan jam 9 kurang 10 menit (malam), aku jadi ragu, apa
warung Tante Ita masih buka ya..?, Ah.., aku coba saja kali-kali saja
masih buka. Oh, ternyata warung Tante Ita belum tutup, tapi kok sepi..,
“Mana yang jualan”, batinku.
“Tante.., Tante.., Dik Krisna.., Dik Krisna”, lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini, kali saja lupa nutup warung.
Ah kucoba panggil sekali lagi, “Permisi.., Tante Ita?”.
“Oh ya.., tungguu”, Ada suara dari dalam. Wah jadi deh beli rokok akhirnya.
Yang keluar ternyata Tante Ita, hanya menggunakan handuk yang dililitkan
di dada, jalan tergesa-gesa ke warung sambil mengucek-ngucek rambutnya
yang kelihatannya baru selesai mandi juga habis keramas.
“Oh.., maaf Tante, Saya mau mengganggu nich.., Saya mo beli rokok gudang garam inter, lho Dik Krisna mana?
“O.., Krisna sedang dibawa ama kakeknya.., katanya kangen ama cucu..,
maaf ya Mas Otong Tante pake’ pakaian kayak gini.. baru habis mandi
sich”.
“Tidak apa-apa kok Tante, sekilas mataku melihat badan yang lain yang
tidak terbungkus handuk.., putih mulus, seperti masih gadis-gadis, baru
kali ini aku lihat sebagian besar tubuh Tante Ita, soalnya biasanya
Tante Ita selalu pakai baju kebaya. Dan lagi aku baru sadar dengan hanya
handuk yang dililitkan di atas dadanya berarti Tante Ita tidak memakai
BH. Pikiran kotorku mulai kumat.
Malam gini kok belum tutup Tante..?
“Iya Mas Otong, ini juga Tante mau tutup, tapi mo pake’ pakaian dulu?
“Oh biar Saya bantu ya Tante, sementara Tante berpakaian”, kataku.
Masuklah aku ke dalam warung, lalu menutup warung dengan rangkaian
papan-papan.
“Wah ngerepoti Mas Otong kata Tante Ita.., sini biar Tante ikut bantu
juga”. Warung sudah tertutup, kini aku pulang lewat belakang saja.
“Trimakasih lho Mas Otong..?”.
“Sama-sama..”kataku.
“Tante saya lewat belakang saja”.
Saat aku dan Tante Ita berpapasan di jalan antara rak-rak
dagangan, badanku menubruk tante, tanpa diduga handuk penutup yang ujung
handuk dilepit di dadanya terlepas, dan Tante Ita terlihat hanya
mengenakan celana dalam merah muda saja. Tante Ita menjerit sambil
secara reflek memelukku.
“Mas Otong.., tolong ambil handuk yang jatuh terus lilitkan di badan
Tante”, kata tante dengan muka merah padam. Aku jongkok mengambil handuk
tante yang jatuh, saat tanganku mengambil handuk, kini di depanku
persis ada pemandangan yang sangat indah, celana dalam merah muda,
dengan background hitam rambut-rambut halus di sekitar vaginanya yang
tercium harum. Kemudian aku cepat-cepat berdiri sambil membalut tubuh
tante dengan handuk yang jatuh tadi. Tapi ketika aku mau melilitkan
handuk tanpa kusadari burungku yang sudah bangun sejak tadi menyentuh
tante.
“Mas Otong.., burungnya bangun ya..?”.
“Iya Tante.., ah jadi malu Saya.., habis Saya lihat Tante seperti ini mana harum lagi, jadi nafsu Saya Tante..”.
“Ah tidak apa-apa kok Mas Otong itu wajar..”.
“Eh ngomong-ngomong Mas Otong kapan mo nikah..?”.
“Ah belum terpikir Tante..”.
“Yah.., kalau mo’ nikah harus siap lahir batin lho.., jangan kaya’
mantan suami Tante.., tidak bertanggung jawab kepada keluarga.., nah
akibatnya sekarang Tante harus bersetatus janda. Gini tidak enaknya jadi
janda, malu.., tapi ada yang lebih menyiksa Mas Otong.. kebutuhan
batin..”.
“Oh ya Tante.., terus gimana caranya Tante memenuhi kebutuhan itu..”, tanyaku usil.
“Yah.., Tante tahan-tahan saja..”.
Kasihan.., batinku.., andaikan.., andaikan.., aku diijinkan biar
memenuhi kebutuhan batin Tante Ita.., ough.., pikiranku tambah usil.
Waktu itu bentuk sarungku sudah berubah, agak kembung, rupanya tante juga memperhatikan.
“Mas Otong burungnya masih bangun ya..?”.
Aku cuma megangguk saja, terus sangat di luar dugaanku, tiba-tiba Tante Ita meraba burungku.
“Wow besar juga burungmu, Mas Otong.., burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom..?”.
“Belum..!!”, jawabku bohong sambil terus diraba turun naik, aku mulai
merasakan kenikmatan yang sudah lama tidak pernah kurasakan.
“Mas.., boleh dong Tante ngeliatin burungmu bentarr saja..?”, belum
sempat aku menjawab, Tante Ita sudah menarik sarungku, praktis tinggal
celana dalamku yang tertinggal plus kaos oblong.
“Oh.., sampe’ keluar gini Mas..?”.
“Iya emang kalau burungku lagi bangun panjangnya suka melewati celana
dalam, Aku sendiri tidak tahu persis berapa panjang burungku..?”, kataku
sambil terus menikmati kocokan tangan Tante Ita.
“Wah.., Tante yakin, yang nanti jadi istri Mas Otong pasti bakal seneng
dapet suami kaya Mas Otong..”, kata tante sambil terus mengocok
burungku. Oughh.., nikmat sekali dikocok tante dengan tangannya yang
halus kecil putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku
tahu, Tante Ita sudah melepaskan lagi handuk yang kulilitkan tadi, itu
aku tahu karena burungku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah
dadanya yang tidak terlalu besar itu.
“Ough.., Tante.., nikmat Tante.., ough..”, desahku sambil bersandar
memegangi dinding rak dagangan, kali ini tante memasukkan burungku ke
bibirnya yang kecil, dengan buasnya dia keluar-masukkan burungku di
mulutnya sambil sekali-kali menyedot.., ough.., seperti terbang rasanya.
Kadang-kadang juga dia sedot habis buah salak yang dua itu.., ough..,
sesshh.
Aku kaget, tiba-tiba tante menghentikan kegiatannya, dia pegangi
burungku sambil berjalan ke meja dagangan yang agak ke sudut, Tante Ita
naik sambil nungging di atas meja membelakangiku, sebongkah pantat
terpampang jelas di depanku kini.
“Mas Otong.., berbuatlah sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.
Tanpa basa-basi lagi aku tarik celana dalamnya selutut.., woow..,
pemandangan begini indah, vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu
banyak. Aku jadi tidak percaya kalau Tante Ita sudah punya anak, aku
langsung saja mejilat vaginanya, harum, dan ada lendir asin yang begitu
banyak keluar dari vaginanya. Aku lahap rakus vagina tante, aku mainkan
lidahku di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang
vaginanya.
“Ough Mas.., ough..”, desah tante sambil memegangi susunya sendiri.
“Terus Mas.., Maas..”, aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu aku
masukkan lidahku ke dalam vaginanya, ada rasa hangat dan denyut-denyut
kecil semakin membuatku gila.
Kemudian Tante Ita membalikkan badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk ke atas.
“Ayo Mas Otong.., Tante sudah tidak tahan.., mana burungmu Mas..
burungmu sudah pengin ke sarangnya.., wowww.., Mas Otong.., burung Mas
Otong kalau bangun dongak ke atas ya..?”. Aku hampir tidak dengar
komentar Tante Ita soal burungku, aku melihat pemandangan demikian
menantang, vagina dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum
asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan burungku
dibibir vaginanya.
“Aughh..”, teriak tante.
“Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.
“Udahlah Mas.., teruskan.., teruskan..”, aku masukkan kepala burungku di vaginanya, sempit sekali.
“Tante.., sempit sekali Tante.?”.
“Tidak apa-apa Mas.., terus saja.., soalnya sudah lama sich Tante tidak ginian.., ntar juga nikmat..”.
Yah.., aku paksakan sedikit demi sedikit.., baru setengah dari burungku
amblas.., Tante Ita sudah seperti cacing kepanasan gelepar ke sana ke
mari.
“Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..”.
Begitu juga aku.., walaupun burungku masuk ke vaginanya cuma setengah,
tapi sedotannya oughh luar biasa.., nikmat sekali. Semakin lama
gerakanku semakin cepat. Kali ini burungku sudah amblas dimakan vagina
Tante Ita. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Ita.
Tiba-tiba tante terduduk sambil memelukku, mencakarku.
“Oughh Mas.., ough.., luar biasa.., oughh.., Mas Otong..”, katanya sambil merem-melek.
“Kayaknya ini yang namanya orgasme.., ough..”, burungku tetap di vagina Tante Ita.
“Mas Otong sudah mau keluar ya..?”. Aku menggeleng. Kemudian Tante Ita
telentang kembali, aku seperti kesetanan menggerakkan badaku maju
mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku
menunduk dan kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante Ita semakin
mendesah, “Ough.., Mas..”, tiba-tiba Tante Ita memelukku sedikit agak
mencakar punggungku.
“Oughh Mas.., aku keluar lagi..”, kemudian dari kewanitaannya aku
rasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin
terasa, aku dibuat terbang rasanya. Ach rasanya aku sudah mau keluar,
sambil terus goyang kutanya Tante Ita.
“Tante.., Aku keluarin dimana Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.
“Terrsseerraah..”, desah Tante Ita. Ough.., aku percepat gerakanku,
burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh
burungku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada
kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam
vagina Tante Ita, masih aku gerakkan badanku rupanya kali ini Tante Ita
orgasme kembali, dia gigit dadaku.
“Mas Otong.., Mas Otong.., hebat Kamu Mas”.
Aku kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Tante Ita masih tetap telanjang telentang di atas meja.
“Mas Otong.., kalau mau beli rokok lagi yah.., jam-jam begini saja ya..,
nah kalau sudah tutup digedor saja.., tidak apa-apa.., malah kalau
tidak digedor Tante jadi marah..”, kata tante menggodaku sambil
memainkan puting dan clitorisnya yang masih nampak bengkak.
“Tante ingin Mas Otong sering bantuin Tante tutup warung”, kata tante
sambil tersenyum genit. Lalu aku pulang.., baru terasa lemas sakali
badanku, tapi itu tidak berarti sama sekali dibandingkan kenikmatan yang
baru kudapat. Keesokan harinya ketika aku hendak berangkat ke kantor,
saat di depan warung Tante Ita, aku di panggil tante.
“Rokoknya sudah habis ya.., ntar malem beli lagi ya..?”, katanya penuh
pengharapan, padahal pembeli sedang banyak-banyaknya, tapi mereka tidak
tahu apa maksud perkataan Tante Ita tadi, akupun pergi ke kantor dengan
sejuta ingatan kejadian kemarin malam.
Home
»
(bukan nama sebenarnya)
»
aku
»
bekerja
»
cukup
»
di
»
di sebuah
»
Jawa Barat
»
Namaku
»
Otong
»
perusahaan
»
terkenal
» Kumpulan Cerita Sex Terbaru Ngentot Dengan Tante Pemilik Warung
Jumat, 03 Agustus 2018
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar